
GOBANNEWSINDONESIA.COM – Seberapa Kuat Pertahanan Ekonomi Indonesia terhadap Dampak Perang Israel-Iran?
Pendahuluan
Ketegangan geopolitik di Timur Tengah, khususnya antara Israel dan Iran, menjadi perhatian dunia. Konflik berskala besar di kawasan tersebut tidak hanya menimbulkan dampak kemanusiaan dan politik, tetapi juga mengguncang perekonomian global. Indonesia, sebagai negara dengan keterbukaan ekonomi yang cukup tinggi, tentu tidak imun terhadap dampaknya. Lalu, sekuat apa pertahanan ekonomi Indonesia terhadap efek dari konflik Israel-Iran ini?
Dampak Global dari Perang Israel-Iran
Konflik antara Israel dan Iran berpotensi:
- Meningkatkan harga minyak global, karena Iran adalah salah satu produsen minyak utama dunia dan wilayahnya dekat dengan Selat Hormuz — jalur penting pengiriman minyak dunia.
- Menyebabkan ketidakstabilan pasar keuangan global, terutama jika negara-negara besar ikut terseret konflik.
- Mengganggu rantai pasok global, yang bisa menyebabkan inflasi di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Ketahanan Ekonomi Indonesia: Kekuatan dan Kerentanannya
1. Kekuatan
✅ Cadangan Devisa Cukup Kuat
Cadangan devisa Indonesia per awal 2025 berada pada level di atas USD 140 miliar, cukup untuk menutupi kebutuhan impor dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dalam jangka pendek.
✅ Ketahanan Domestik dan Konsumsi Lokal
Perekonomian Indonesia sangat bergantung pada konsumsi domestik, yang menyumbang lebih dari 50% PDB. Artinya, ekonomi nasional tidak sepenuhnya tergantung pada ekspor.
✅ Diversifikasi Mitra Dagang
Indonesia tidak terlalu tergantung pada Timur Tengah secara langsung. Mitra dagang utama Indonesia adalah China, AS, Jepang, dan negara-negara ASEAN, yang bisa mengurangi efek langsung dari konflik tersebut.
2. Kerentanan
⚠️ Ketergantungan pada Impor Energi
Meskipun Indonesia memiliki cadangan energi sendiri, negara ini masih mengimpor minyak mentah dan BBM dalam jumlah besar. Kenaikan harga minyak global dapat memperbesar defisit neraca perdagangan dan menaikkan harga BBM dalam negeri.
⚠️ Volatilitas Rupiah
Ketegangan geopolitik bisa memicu arus modal keluar (capital outflow) dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, yang menyebabkan rupiah melemah dan memicu inflasi.
⚠️ Inflasi Impor
Jika harga energi dan bahan baku impor naik akibat gangguan pasokan global, inflasi dalam negeri bisa meningkat, yang pada akhirnya menekan daya beli masyarakat.
Respons dan Antisipasi Pemerintah
Pemerintah dan Bank Indonesia telah menyiapkan beberapa strategi untuk memperkuat daya tahan ekonomi:
- Intervensi di pasar valuta asing untuk menjaga stabilitas rupiah.
- Subsidi energi untuk menahan lonjakan harga BBM.
- Diversifikasi sumber energi, termasuk penguatan energi terbarukan dan B35 (biodiesel).
- Meningkatkan ekspor non-migas, terutama ke negara yang tidak terdampak langsung konflik.
Kesimpulan
Secara umum, pertahanan ekonomi Indonesia cukup solid untuk menghadapi gejolak jangka pendek dari konflik Israel-Iran, terutama karena konsumsi domestik yang kuat, cadangan devisa yang stabil, dan langkah-langkah respons fiskal serta moneter yang terukur.
Namun, kerentanan tetap ada, terutama dari sisi energi dan nilai tukar. Jika konflik berlangsung lama atau meluas, dampaknya akan lebih terasa, terutama dalam bentuk kenaikan harga energi, inflasi, dan tekanan terhadap APBN.
Kunci ketahanan ke depan adalah:
- Penguatan energi domestik, termasuk transisi ke energi terbarukan
- Diversifikasi ekonomi dan ekspor
- Stabilitas politik dan fiskal dalam negeri
Indonesia memang tidak bisa menghindari sepenuhnya efek dari konflik global, tetapi dengan manajemen ekonomi yang bijak dan antisipatif, dampaknya bisa diminimalkan.
Tinggalkan Balasan