
GOBANNEWSINDONESIA.COM – Pemerintah Diminta Segera Turun Tangan Dongkrak Ekonomi
Badan Pusat Statistik (BPS) baru-baru ini merilis data bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I tahun 2025 hanya mencapai 4,87%, angka yang berada di bawah target psikologis 5%. Meski masih mencerminkan pertumbuhan positif, capaian ini memunculkan kekhawatiran akan perlambatan ekonomi nasional. Sejumlah kalangan pun mendesak pemerintah untuk segera turun tangan dan mengambil langkah konkret dalam mendongkrak aktivitas ekonomi di tengah tantangan global maupun domestik.
📉 Capaian Ekonomi yang Kurang Menggembirakan
Angka 4,87% ini menunjukkan sinyal bahwa momentum pemulihan ekonomi pasca pandemi belum sepenuhnya stabil. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, laju pertumbuhan melambat, terutama akibat penurunan konsumsi rumah tangga, penurunan ekspor, serta belum pulihnya daya beli masyarakat.
Padahal, kuartal I sering kali menjadi pijakan awal bagi kinerja ekonomi sepanjang tahun. Capaian di bawah 5% ini bisa menjadi indikator bahwa tantangan struktural dan tekanan jangka pendek masih belum berhasil ditangani secara optimal.
💬 Desakan Agar Pemerintah Bertindak Lebih Cepat dan Efektif
Ekonom dan pelaku usaha menyampaikan bahwa langkah pemerintah masih cenderung moderat, padahal kondisi saat ini membutuhkan stimulus dan kebijakan yang lebih agresif dan tepat sasaran.
Beberapa rekomendasi kebijakan yang diajukan antara lain:
- Peningkatan belanja pemerintah untuk mendorong permintaan domestik, terutama di sektor infrastruktur, pertanian, dan ketahanan pangan.
- Stabilisasi harga pangan dan energi untuk menekan inflasi dan meningkatkan daya beli.
- Dukungan langsung kepada UMKM, baik berupa subsidi bunga, keringanan pajak, hingga akses pembiayaan digital.
- Reformasi struktural untuk mendorong investasi asing dan menciptakan lapangan kerja baru.
🏛️ Pentingnya Peran Pemerintah dalam Menggerakkan Ekonomi
Dengan belanja APBN sebagai salah satu motor penggerak utama perekonomian, pemerintah memegang peran krusial dalam menjaga momentum pertumbuhan. Tidak hanya melalui belanja langsung, tapi juga lewat kebijakan fiskal yang bisa memberi kepercayaan kepada investor, pelaku usaha, dan masyarakat.
Di sisi lain, realisasi anggaran pada kuartal I dinilai masih lambat. Ini menambah kekhawatiran bahwa pertumbuhan bisa lebih melambat jika realisasi belanja dan kebijakan insentif tidak segera dipercepat.
🔎 Ancaman Jika Tidak Ada Percepatan
Jika pertumbuhan ekonomi terus berada di bawah 5% dan tidak segera ditangani, dampaknya bisa meluas:
- Penciptaan lapangan kerja akan melambat
- Angka kemiskinan dan pengangguran bisa naik
- Kepercayaan investor bisa turun
- Daya beli masyarakat makin tertekan
Kondisi ini bisa memperlebar jurang ketimpangan sosial, memperparah tekanan terhadap UMKM, dan memperlambat pemulihan ekonomi jangka panjang.
✅ Kesimpulan
Pertumbuhan ekonomi kuartal I yang hanya mencapai 4,87% harus menjadi alarm serius bagi pemerintah. Ketika dunia sedang menghadapi ketidakpastian global dan tekanan geopolitik, Indonesia membutuhkan kepemimpinan ekonomi yang responsif, tegas, dan berpihak pada rakyat kecil.
Pemerintah harus segera mengambil langkah nyata, mempercepat realisasi anggaran, dan meluncurkan stimulus ekonomi yang berdampak langsung. Tanpa langkah yang terukur dan cepat, risiko stagnasi ekonomi bisa menjadi kenyataan—dan itu akan jauh lebih sulit diperbaiki ke depannya.
Tinggalkan Balasan