
GOBANNEWSINDONESIA.COM – Deflasi Jadi Alarm Bahaya Ekonomi
Indonesia mencatat deflasi sebesar 0,37% pada bulan terakhir, sebuah angka yang sepintas terlihat positif karena harga barang turun. Namun, di balik penurunan inflasi ini tersembunyi ancaman serius bagi perekonomian nasional. Para ekonom memperingatkan bahwa deflasi kali ini bukan disebabkan oleh efisiensi produksi atau suplai berlimpah, melainkan karena daya beli masyarakat yang terus melemah dan aktivitas ekonomi yang melambat.
PHK Massal Mulai Terjadi di Sejumlah Sektor
Efek domino dari deflasi mulai terasa. Banyak perusahaan, terutama di sektor manufaktur dan retail, mengeluhkan menurunnya permintaan barang dan jasa. Hal ini mendorong mereka melakukan efisiensi, termasuk dalam bentuk pemutusan hubungan kerja (PHK).
Dalam dua bulan terakhir, sejumlah perusahaan melaporkan pengurangan tenaga kerja hingga ribuan karyawan. Sektor garmen, elektronik, dan logistik menjadi yang paling terdampak. Kondisi ini memperburuk situasi karena angka pengangguran bertambah, sementara konsumsi rumah tangga—penopang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia—semakin tertekan.
Daya Beli Anjlok, Konsumen Tahan Belanja
Deflasi yang terjadi menunjukkan bahwa masyarakat cenderung menunda konsumsi. Harga-harga barang memang turun, tetapi penurunan ini tidak mendorong pembelian karena masyarakat mengalami penurunan pendapatan atau bahkan kehilangan pekerjaan. Ketidakpastian ekonomi juga mendorong perilaku konsumtif menjadi lebih hati-hati.
Menurut beberapa survei ritel, penjualan di berbagai pusat perbelanjaan menurun drastis, bahkan saat momentum Lebaran dan libur panjang. Ini menunjukkan bahwa sentimen konsumen sangat lemah, dan ini dapat menyeret ekonomi Indonesia menuju stagnasi jika tidak segera ditangani.
Ekonom Minta Pemerintah Bertindak Cepat
Para ekonom menilai deflasi ini sebagai sinyal awal resesi ringan. Jika dibiarkan, spiral deflasi bisa terjadi, di mana penurunan harga menyebabkan penurunan produksi, lalu berujung pada PHK dan semakin menurunnya daya beli. Beberapa rekomendasi yang disampaikan oleh para ahli ekonomi antara lain:
- Stimulus fiskal langsung ke masyarakat, seperti bantuan sosial dan subsidi upah
- Percepat belanja pemerintah, terutama untuk proyek padat karya dan UMKM
- Pemerintah dan Bank Indonesia perlu sinkron dalam menjaga stabilitas moneter dan fiskal
- Dorong sektor produktif dengan insentif pajak dan kemudahan akses kredit
Langkah-langkah ini dinilai perlu dilakukan segera untuk memulihkan kepercayaan pasar dan mencegah penurunan ekonomi lebih lanjut.
Kesimpulan
Deflasi 0,37% di Indonesia bukanlah kabar baik, melainkan peringatan serius akan kondisi ekonomi yang sedang melemah. Daya beli yang jatuh, PHK yang meningkat, dan lemahnya konsumsi masyarakat bisa memicu perlambatan ekonomi berkepanjangan. Pemerintah perlu bergerak cepat dengan kebijakan terukur dan tepat sasaran guna menghindari krisis yang lebih dalam. Ketika harga turun tapi rakyat tak punya uang untuk membeli, maka masalah sebenarnya bukan inflasi, melainkan kelangsungan ekonomi itu sendiri.
Tinggalkan Balasan