
GOBANNEWSINDONESIA.COM – Bos BI Minta Penurunan Suku Bunga Kredit untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, menekankan pentingnya penurunan suku bunga kredit perbankan sebagai langkah strategis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Menurutnya, meskipun BI telah melakukan pelonggaran kebijakan moneter dengan menurunkan suku bunga acuan, perbankan perlu menyesuaikan suku bunga kredit agar penyaluran kredit semakin efektif.
Pada April 2025, suku bunga kredit perbankan tercatat sebesar 9,19%, hanya turun tipis dibandingkan 9,20% pada awal Januari 2025. Sementara itu, suku bunga deposito satu bulan tercatat 4,83%, meningkat dari 4,81% pada awal Januari 2025. Perry mengungkapkan adanya kecenderungan beberapa bank untuk menawarkan suku bunga deposito yang lebih tinggi dari yang dipublikasikan, yang dapat mempengaruhi struktur biaya dana perbankan.
BI juga telah melonggarkan likuiditas perbankan dengan menurunkan rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) sebesar 100 basis poin. Langkah ini bertujuan untuk memberikan ruang bagi perbankan dalam menyalurkan kredit ke sektor riil. Namun, tantangan terbesar bagi bank untuk menurunkan suku bunga kredit adalah tingginya biaya dana atau cost of fund (COF). Analis menilai bahwa meskipun imbauan BI positif bagi pertumbuhan ekonomi, bank tetap harus berhitung matang, terutama soal struktur biaya dana.
Perry berharap, dengan adanya pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial, serta koordinasi dengan pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), perbankan dapat menurunkan suku bunga kredit dan meningkatkan penyaluran kredit ke sektor riil. Hal ini diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan berkelanjutan.
Kesimpulan
Penurunan suku bunga kredit perbankan merupakan langkah penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Meskipun Bank Indonesia telah melakukan pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial, perbankan perlu menyesuaikan suku bunga kredit agar penyaluran kredit semakin efektif. Tantangan terbesar bagi bank adalah tingginya biaya dana, yang memerlukan perhatian serius agar kebijakan ini dapat tercapai dengan optimal.
Tinggalkan Balasan